The content presented here requires JavaScript to be enabled and the latest version of the Macromedia Flash Player. If you are you using a browser with JavaScript disabled please enable it now. Otherwise, please update your version of the free Flash Player by downloading here.

Sabtu, 18 Februari 2012

Kata-kata motivasi #The Power Of Motivation For Soul#


Kehidupan diibaratkan seperti GAUNG
Ia mengembalikan apa pun yang kamu katakana atau kamu lakukan
Hidup kita sebenarnya adalah pantulan dari tindakan-tindakan kita
Jika kamu menginginkan lebih banyak cinta dalam kehidupan, maka ciptakan cinta lebih banyak di hatimu
Jika kamu ingin lebih mahir dalam sesuatu, maka tingkatkanlah kemampuanmu dalam hal itu
Hubungan ini terjadi dalam hal apa saja, di segala aspek kehidupan
Kehidupan akan mengembalikan apa saja yang telah kamu berikan kepadanya
KEHIDUPAN BUKANLAH SESUATU YANG KEBETULAN, IA ADALAH PANTULAN DARI DIRI ANDA!

Kecantikan sejati tidak terletak pada penampilan fisiknya, tapi di hatinya.
Harga yang sesungguhnya tidak terletak pada apa yang dapat dilihat, tapi pada apa yang tidak bisa dilihat.
Cinta sejati tidak terletak pada apa yang dilakukan dan diketahui orang, tapi pada apa yang dilakukan tapi tidak diketahui orang.
Jangan menangisi orang yang tidak pernah menangisi anda
Teman yang baik sulit untuk ditemukan, lebih sulit lagi untuk ditinggalkan, dan tidak mungkin untuk dilupakan
Anda hanya bisa pergi sejauh yang anda usahakan
Tindakan akan berbicara lebih keras daripada kata-kata
Hal terberat untuk dilakukan adalah melihat orang yang anda cintai mencintai orang lain
Jangan biarkan masa lalu menahan anda, karena anda akan kehilangan banyak hal baik di depan
Hidup itu singkat. Jika anda tidak pernah sekali waktu mencari, anda akan kehilangan dia
Teman terbaik adalah seperti daun semanggi berhelai empat.sulit untuk dicari dan beruntung jika memilikinya.
Jika terasa menyakitkan untuk melihat kebelakang, dan anda takut untuk memandang ke depan, anda dapat melihat ke samping dan teman terbaik anda ada di sana.
Jangan cemberut. Anda tidak pernah tahu siapa yang jatuh cinta dengan senyuman anda.
Tak seorang pun yang sempurna hingga anda jatuh cinta dengannya.
Sebagian besar orang silih berganti masuk dan keluar dari kehidupan anda. Tapi hanya teman sejati yang meninggalkan jejak dihati anda.
Hal paling penting untuk diingat adalah selalu menghargai teman-teman yang anda punya.
Pertengkaran bisa terjadi dan berhenti dengan sangat mudah, tetapi pertemanan dapat berlangsung selamanya.
Untuk setiap detik yang dihabiskan dalam amarah, satu menit kebahagiaan terabaikan.

Terkadang perjuangan/kesulitan adalah hal yang kita butuhkan dalam hidup kita. Jika Tuhan membuat hidup kita selalu lapang tanpa rintangan, maka keadaan ini akan melumpuhkan kita.
Saya meminta kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya meminta kebijaksanaan, dan Tuhan memberi saya permasalahan untuk dipecahkan.
Saya meminta kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk digunakan meraihnya.
Saya meminta keberanian, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk dilalui.
Saya meminta cinta, dan Tuhan memberi saya pengganggu untuk membantu.
Saya meminta kemurahhatian, dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak mendapatkan apapun yang saya inginkan, saya mendapatkan segala hal yang saya butuhkan.

Banyak saat-saat dalam kehidupan kita, kita terjatuhkan, terinjak-injak, dan menjadi kotor karena keputusan yang kita ambil dan karena lingkungan di sekitar kita. Kita seringkali merasa tidak berharga. Tetapi apapun yang terjadi atau yang akan terjadi, anda tidak akan pernah kehilangan nilai anda. Anda adalah orang yang special-jangan pernah lupakan ini.

Orang-orang yang telah membuat kehidupan anda bermakna bukanlah orang-orang yang memiliki penghargaan paling banyak, atau orang-orang yang memiliki uang paling banyak, atau orang-orang yang memiliki kedudukan paling tinggi. Mereka adalah orang-orang yang peduli pada anda.

Dalam kenyataannya, kita semua sebagai manusia, telah diberi kotak emas yang berisi cinta sepenuh hati dari anak, keluarga, teman kita dan dari Tuhan. Tak ada harta lain yang lebih berharga dari pada ini.

Ada sesuatu yang sangat special dalam diri kita. Masing-masing dari kita diberi anugerah untuk membuat perubahan. Dan jika kita sadar dengan anugerah itu, kita akan memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan.

Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menuliskannya di pasir agar angin maaf dapat menghapusnya. Tetapi, ketika seseorang melakukan kebaikan kepada kita, kita seharusnya memahatnya di batu sehingga angin tidak akan pernah menghapusnya.

5 hal tentang pensil dan kaitannya dengan diri kita:
Pertama: jika kamu ingin melakukan banyak hal baik, kamu harus mengijinkan dirimu untuk dipegang oleh tangan orang lain.
Anda akan dapat banyak melakukan hal yang luar biasa, hanya jika anda mengijinkan anda berada di pegangan tangan Tuhan. Dan mengijinkan orang lain untuk turut menikmati anugerah yang anda miliki.
Kedua: kamu akan sering mengalami penajaman yang menyakitkan, tapi kamu membutuhkannya agar bisa menjadi pensil yang lebih baik
Anda akan mengalami penajaman yang menyakitkan, anda akan banyak menghadapi permasalahan dalam kehidupan, tetapi anda membutuhkannya untuk menjadi orang yang lebih kuat.
Ketiga: kamu dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kamu buat.
Anda dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin anda perbuat.
Keempat: bagian terbaik dari dirimu ada didalam dirimu.
Bagian terpenting dari diri anda ada di bagian dalam diri anda.
Kelima: disetiap permukaan yang kamu gunakan, kamu akan meninggalkan tanda. Apapun kondisinya kamu harus menulis.
Di setiap jalan yang anda lalui, anda akan meninggalkan jejak. Apapun situasinya, anda harus melanjutkan mengerjakan tugas-tugas anda.

Pahit kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang, jumlah dan rasa pahitnya itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan hidup, hanya satu yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menerima semua kepahitan itu. Hatimu adalah wadah itu. Perasaan adalah tempat itu, kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.

Kebahagiaan itu memang adanya di hati, didalam kalbu ini. Kebahagiaan tak berada jauh dari diri kita, asalkan kita mau menjumpainya.

Hidup adalah kumpulan dari setiap pilihan yang kita buat. Pilihan kita hari ini menentukan bagaimana hidup kita di masa depan. Kita memiliki kebebasan memilih tetapi setelah itu kita dikendalikan oleh pilihan kita, jadi berpikirlah sebelum berbuat. Sadari setiap konsekuensi dari pilihan yang kita buat.

Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari. Kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” dapat membunuh mereka. Hati-hatilah dengan apa yang akan di ucapkan. Suarakan ‘kata-kata kehidupan’ kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa ‘kata-kata kehidupan’ itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari apa yang kita perkirakan. Semua orang dapat mengeluarkan ‘kata-kata kehidupan’ untuk membuat rekan dan teman atau bahkan kepada yang tidak dikenal sekalipun untuk membuatnya bangkit dari keputusasaannya, kejatuhannya, ataupun kemalangannya. Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan semangat bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.
Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa. Itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah music yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi. Itu adalah membuat hidup terasa berarti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju surga.

Pengertian Kurikulum


1.      Pengertian kurikulum menurut UUSPN No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.      Pengertian kurikulum menurut dua ahli, yaitu Henry C Morrison (1940) dan Robert M Hutchins (1936)
a.       Menurut Henry C Morrison (1940) :
…the content of instruction without reference to instructional ways or means.
Kurikulum merupakan isi dari instruksi tanpa memandang media dan alat lainnya.
Makna: kurikulum di pandang sebagai isi dari suatu keseluruhan yang telah di tugaskan sebelumnya tetapi media yang menunjang tidak di pergunakan sama sekali. Contohnya guru dalam memberikan materi tidak pernah menggunakan media untuk memperjelas.
b.      Menurut Robert M Hutchins (1936) :
The curriculum should include grammar, reading, rhetoric and logic, and mathematics, and in addition at the secondary level introduce the great books of Western world.
Kurikulum harus mencakup tata bahasa, membaca, retorika dan logika, dan matematika, dan di samping itu sebagai tambahan di tingkat yang lebih tinggi (menengah) memperkenalkan buku besar dunia barat.
Makna: isi dari kurikulum wajib memuat pelajaran yang berhubungan dengan perhitungan, logika dan bahasa. Lalu kira-kira pada tingkat SMP atau SMA, guru memperkenalkan buku-buku tentang peradaban dunia barat. Contohnya pembelajaran memuat materi Bahasa Indonesia, dan Matematika dengan memperbanyak soal pemecahan masalah seperti soal cerita, pada tingkat memperkenalkan cerita-cerita dari dunia barat baik menyangkut kenegaraannya, letak geografis, sosio-kultural, dan sebagainya.
3.      Perbandingan (meliputi persamaan dan perbedaan) dari pendapat dua ahli di atas
Persamaan :
a.       isi kurikulum sama-sama mengikuti pada instruksi yang diberikan dan pembelajaran dilaksanakan sesuai instruksi tersebut.
b.      Dari dua pengertian tersebut kurang terperinci atau tergambar kurikulum yang sebenarnya cocok untuk digunakan.
Perbedaan :
a.       Henry tidak menyebutkan materi apa saja yang wajib ada pada kurikulum, sedangkan Robert merinci materi apa saja yang wajib ada pada pembelajaran.
b.      Henry menyebutkan bahwa media tidak terlibat dalam pembelajaran, sedangkan Robert tidak menjelaskan sama sekali posisi media sebagai alat pembelajaran. 

Kamis, 19 Januari 2012

ANALISIS Arus Peserta Didik pada Setiap dan Antarjenjang: Peranan Sistem Pengujian


ANALISIS

Masalah yang sangat vital yang terjadi dalam pendidikan yaitu masalah pengulangan dan melanjutkan. Hal tersebut sudah mulai terjadi juga pada tingkatan SD, dan tidak di pungkiri terjadi pada tingkat SMP dan SMA.
Tetapi hal yang ditekankan penulis dalam tulisannya tersebut adalah menyangkut tingkat SMP dan SMA. Memang benar tes yang dilaksanakan antara sekolah negeri dan swasta berbeda kualitasnya. Saya yang pernah bersekolah di salah satu SMA swasta di Bandung merasakan sangat berbeda jauh dengan SMA negeri. Bahkan mungkin ada beberapa sekolah swasta yang tidak sama sekali mengadakan tes. Sebenarnya hal tersebut kurang efektif bagi saya karena pihak sekolah tidak mengetahui potensi awal calon siswa.
Tetapi saat ini dengan di adakannya UN atau SNMPTN untuk masuk ke PTN, bisa mengatasi masalah tes tersebut. Hasil tes tersebut bisa sangat akurat digunakan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sesuai kemampuan. Tapi memang benar seperti yang diutarakan penulis, sayang sekali sekarang banyak lembaga bimbingan belajar atau les-les yang menawarkan agar anak dapat masuk ke sekolah yang dia idamkan tetapi dengan cara yang kurang tepat. Misalkan dengan memberi bocoran soal atau jawaban UN.
Hal tersebut tentu sudah tidak murni lagi dan harus segera di tindak lanjuti. Sedangkan masalah mengulang, banyak terjadi pada tingkat SD karena tingkat yang lebih tinggi peserta didiknya lebih terseleksi dari pada murid SD. Tetapi saat ini sudah banyak SD yang menerapkan sistem tes seperti membaca, psikologi, dan lainnya. Kelas yang rawan mengulang yaitu kelas 1, 2, dan 3. Mungkin hal tersebut masih sering terjadi karena dari pihak sekolah masih ada yang belum menggunakan tes tersebut dan kurang selektif dalam menilai kemampuan anak pada saat dia akan mulai bersekolah. Jadi bila kita suatu saat mengajar anak kelas rendah, kita harus benar-benar selektif agar tingkat mengulang tidak bertambah banyak dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Arus Peserta Didik pada Setiap dan Antarjenjang: Peranan Sistem Pengujian


Arus Peserta Didik pada Setiap dan Antarjenjang: Peranan Sistem Pengujian
Asmawi Zainul 49
Pendahuluan
TULISAN ini dimaksudkan sebagai suatu kajian terhadap salah satu masalah pendidikan persekolahan di Indonesia, yaitu masih besarnya angka mengulang dalam satu jenjang pendidikan dan kecilnya angka melanjutkan sekolah antarjenjang. Penelahaan terhadap masalah tersebut dilihat dari salah satu aspek, yaitu peranan sistem pengujian, terutama salah satu fungsi pokok pengujian, yaitu sekolah. Bila dilihat dari segi ini, maka gejala mengulang dalam suatu tingkat tertentu dalam satu jenjang pendidikan adalah wujud dari hasil suatu evaluasi terhadap keberhasilan belajar peserta didik sebagai interprestasi terhadap hasil pengujian tertentu. Demikian pula halnya dengan  kecilnya angka melanjutkan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, antara lain ditentukan oleh hasil seleksi penerimaan peserta didik. Karena itu maka tulisan ini meletakkan pusat perhatiannya pada sistem pengujian sebagai salah satu faktor yang berkontribusi pada arus peserta didik antartingkat dan antar jenjang tersebut.
            Arus peserta didik dalam satu jenjang atau antarjenjang tidak saja ditentukan oleh faktor keberhasilan belajar. Berbagai faktor penentu dan faktor berpengaruh lainnya tentu harus dikaji dengan teliti untuk memecahkan masalah tersebut. Tulisan singkat seperti ini tentu saja tidak dapat memusatkan perhatian pada semua faktor tersebut. Tulisan ini mencoba membahas sebagian dari peranan sistem pengujian dalam arus antar dan dalam satu jenjang pendidikan tersebut.

Arus Peserta Didik Antarjenjang
            Sistem sekolah untuk masuk ke suatu sekolah makin lama terasa makin ketat. Beberapa tahun yang lalu, untuk masuk ke SLTP dan SLTA misalnya, setiap sekolah atau setiap wilayah menentukan prosedur seleksi mereka sendiri. Demikian juga sistem seleksi murid pada sekolah negeri berbeda dari sistem seleksi penerimaan murid di sekolah yang diasuh yayasan swasta.
            Pada umumnya seleksi masuk dilakukan melalui tes tertulis keberhasilan belajar (avhievement test). Tes yang digunakan dikonstruksi secara lokal, tanpa prosedur pengujian instrumen yang baku, seperti yang diisyaratkan oleh suatu prosedur tes yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan tentang individu. Dengan demikian setiap unit yang melakukan pengujian tersebut menentukan kriteria mereka sendiri. Tes seleksi seperti itu lebih merupakan usaha mengambil keputusan untuk menerima sejumlah pelamar dan menolak sejumlah pelamar lainnya, dengan cara eliminasi pelamar yang tidak akan diterima. Hampir tidak ada kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai pengambilan keputusan berdasarkan hasil tes seperti itu. Tes hanya sekedar membedakan mereka yang diterima dari mereka yang tidak akan diterima. Tidak ada kepastian bahwa mereka yang diterima memiliki kemampuan akademik atau kemampuan lainnya lebih dari yang tidak diterima, atau mereka yang diterima memiliki kemungkinan untuk berhasil dalam studinya lebih baik dari mereka yang tidak diterima. Tes seleksi seperti ini pada umumnya dilakukan hanya karena jumlah peminat lebih banyak dari tempat yang tersedia. Bahkan beberapa sekolah swasta tertentu mengadakan tes seleksi masuk hanya karena untuk mengadakan tes semata.
            Makin besar rasio seleksi itu, makin tinggilah kecemasan peserta tes menghadapi tes sekolah tersebut, sehingga tumbuhlah berbagai usaha bisnis untuk melayani kecemasan sosial ini. Dengan demikian, tumbuhlah bimbingan tes mulai dari tingkat yang paling awal, yaitu mempersiapkan para calon keluaran SD untuk menghadapi tes masuk SLTP, sampai ke bimbingan tes yang mempersiapkan tamatan SLTA untuk mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi. Lebih-lebih di kota besar, bisnis seperti ini berkembang dengan pesat, karena memang tingkat persaingan lebih besar di kota-kota besar tersebut. Terjadilah ironi pendidikan, yaitu dilakukan kegiatan belajar mengajar yang tidak mendidik, guna menghadapi atau sekedar mengatasi kecemasan calon peserta atau yang orang tua peserta tes, dengan pengertian bahwa tes yang dicemaskan tersebut secara akademik tidak dapat dipertanggungjawabkan.
            Dalam perkembangan yang terakhir, tes seleksi masuk yang demikian itu telah dapat diatasi, dengan menggunakan nilai (grade) hasil EBTANAS SD dan SLTP sebagai kriteria seleksi masuk ke SLTP dan SLTA. Dengan kebijakan itu, gejala kurang sehat, seperti yang dikemukakan dalam uraian di atas, dapat dikurangi bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Dengan demikian, EBTANAS (lebih tepatnya disebut tes hasil belajar nasional) menjadi penting dalam proses pendidikan di SD sampai dengan SLTA. Terlepas dari mutu tes itu sendiri, tetapi kenyataan hanya sedikit dapat memperbaiki proses pendidikan di tingkat persekolahan.
            Tentu saja masih perlu dipersoalkan mutu tes EBTANAS itu sendiri, dalam arti mutu butir dan perangkat soalnya, serta prosedur pengelolaan skor tes sehingga menjadi sesuatu yang lebih bermakna dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai alat seleksi yang akan mengambil keputusan tentang individu. Sejauhmana tes yang dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Negara itu dapat digunakan sebagai alat ukur yang sama bagi tingkat keberhasilan belajar atau sejuahmana tes tersbut telah dapat digunakan sebagai salah satu indikator mutu pendidikan tentu harus ditelaah lebih jauh. Suatu lembaga pengujian yang professional, netral dan yang terpercaya sangat dibutuhkan untuk dikembangkan.
            Lembaga seperti Pusat Sistem Pengujian BALITBANG DEPDIKNAS akan merupakan suatu institusi yang diharapkan dapat menjalankan tugas pengujian, sehingga mampu menjadi pusat pengujian yang terpercaya dalam melayani kebutuhan pendidikan nasional. Beberapa usaha untuk membutuhkan sistem pengujian EBTANAS kelihatannya sekarang sedang diuji-coba dan dikembangkan oleh Pusisjian. Beberapa kantor wilayah telah dijadikan sebagai ajang uji coba. Dan bidang uji coba itupun masih sangat terbatas. Sejauh yang diketahui, lembaga ini belum mampu menyentuh system seleksi untuk masuk ke perguruan tinggi, dan juga belum mengembangkan sistem pengujian yang lebih luas guna memenuhi kebutuhan pendidikan secara umum.  
            Pembicaraan tentang peningkatan mutu pendidikan tentu tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pengujian, terutama tes akhir seperti yang dilakukan dengan EBTANAS sekarang ini. Barangkali tes akhir seperti itu merupakan salah satu simpul penting bagi peningkatan motivasi belajar peserta didik. Tes akhir yang baik tentu akan dapat meningkatkan mutu keluaran pendidikan, yang sekaligus berarti dapat dijadikan alat untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar di sekolah.
            Walaupun pelamar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tidak sebesar jumlah lulusan dari masing-masing sekolah tersebut, jumlah itu telah melibatkan  sebagian besar (73,6% untuk SD) lulusan tersebut (lihat tabel 1). Suatu gejala yang kelihatannya agak menyimpang ialah jumlah pendaftar untuk masuk ke SLTA pada tahun 1990 melebihi jumlah lulusan SLTP pada tahun yang sama. Ini belum berarti bahwa seluruh lulusan SLTP pada tahun yang sama mendaftar untuk masuk ke SLTA. Tentu saja sebagian dari mereka adalah mereka yang tidak dapat masuk ke SLTA pada tahun-tahun sebelumnya. Kenyataan ini telah memperbesar keyakinan bahwa tes seleksi yang baik akan sangat banyak membantu usaha peningkatan motivasi dan mutu pendidikan secara cukup berarti. Untuk pelamar SLTP jumlah itu meliputi 2.470.194 lulusan, dan untuk SLTA meliputi jumlah 1.930.344 lulusan (1990), suatu jumlah yang sangat besar. Karena itu suatu sistem pengujian yang sangat benar-benar dapat meningkatkan motivasi belajar mengajar akan sangat besar artinya bagi usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian secara kebijakan dapat dikatakan bahwa pembenahan sistem pengujian dan program peningkatan kemampuan pengujian tingkat persekolahan itu akan sangat mendukung usaha peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Tabel 1 berikut ini akan dapat memberikan gambaran umum tentang keterlibatan sistem pengajaran dalam rangka arus peserta didik antarjenjang pendidikan untuk tahun 1990.








Tabel 1
Jumlah murid, mengulang, lulusan, murid baru dan pendaftar
Berdasarkan jenjang sekolah 1989/1990
Jenjang Sekolah
Jumlah Murid
Mengulang
Lulusan
Murid
Pendaftar Baru
SD
Negeri
Swasta
Jumlah

SLTP
Negeri
Swasta
Jumlah

SLTA
Negeri
Swasta
Jumlah

24.362.714
  1.895.876
26.528.590


3.518.798
2.333.709
5.852.507


1.579.697
2.457.187
4.030.167

2.439.184
   163.399
2.455.523


-     42.566
-     25.946
-     68.502


-     14.603
-     24.515
-     39.118

3.117.086
   238.647
3.355.733


1.032.220
   769.880
1.802.100


   446.810
   635.630
1.082.440

4.056.171
   322.048
4.376.219


   124.890
   284.158
2.009.048


   545.706
   855.917
1.401.633






1.588.849
   881.345
2.470.194


   916.279
1.014.071
1.930.344

Sumber Pusat Informasi BALITBANG DIKBUD Rangkuman Statistik Persekolahan 1990

                Tabel 1 data memperlihatkan beberapa kecenderungan yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Misalnya secara jelas kelihatan kecenderungan bahwa swasta makin besar dalam sistem pendidikan kita pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ini berarti pengembangan sistem pengujian pendidikan nasional secara nyata tidak dapat dilepaskan dari pengikutsertaan unsur swasta di dalamnya. Hal ini kiranya merupakan keharusan, bila dilihat dari pelaksanaan UUSPN No. 2 Tahun 1989.
            Kecenderungan kedua yang nyata terlihat ialah makin tinggi jenjang pendidikan, makin besar proporsi lulusan yang ingin melanjutkan pendidikannya. Hal ini dilihat dari sistem pengujian mengandung implikasi adanya keharusan untuk lebih menitikberatkan perhatian pada sistem pengujian untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi (bila harus memilih prioritas). Justru yang terjadi selama ini ialah kegiatan pengujian secara nasional diusahakan bagi jenjang pendidikan yang lebih rendah. Tentu saja kebijakan seperti ini dapat mendukung pemerataan pendidikan, tetapi kurang dapat mendukung peningkatan mutu dalam usaha pengembangan dumber daya manusia untuk menghadapi masyarakat yang lebih industrial pada masa yang akan dating.
            Tabel ini juga memperlihatkan berbagai aspek arus peserta didik dalam satu jenjang pendidikan.

Arus Peserta Didik dalam Satu Jenjang Pendidikan
            Masalah pokok yang dihadapi dalam arus didik dalam satu jenjang pendidikan ialah mengulang dan drop-out. Masalah mengulang kelas adalah masalah yang secara langsung berhubungan dengan sistem pengujian. Masalah drop-out secara langsung atau tidak bersangkutan pula dengan sistem pengujian. Bila diperhatikan table 1 di atas, proporsi mengulang secara akumulatif adalah sebesar 9.26% untuk SD, 1.17% untuk SLTP, dan 0.9% untuk SLTA. Bila dilihat antara sekolah negeri dengan sekolah swasta maka untuk SD negeri proporsi mengulang tersebut adalah 0,99%, untuk SD swasta 0,86%, untuk SLTP negeri sebesar 1,21% untuk SLTP swasta 1,11%, untuk SLTA negeri angka mengulang tersebut sebesar 0,93%, dan untuk SLTA swasta sebesar 0,01%. Jelas kelihatan bahwa ada kecenderungan mengulang yang lebih tinggi pada SD, yang mengecil pada jenjang sekolah yang lebih tinggi (SLTP dan SLTA). Selain itu juga kecenderungan yang jelas kelihatan, bahwa di sekolah swasta angka mengulang kelas tersebut lebih kecil dari pada sekolah negeri.
            Kedua kecenderungan ini telah dapat secara langsung dihubungkan dengan sistem pengujian yang dimiliki oleh sekolah yang bersangkutan. Hubungan tersebut dapat dilihat sebagai kebijakan pengujian yang berbeda. Pada jenjang sekolah yang lebih tinggi para peserta didik sudah lebih terseleksi dari pada para peserta didik yang di SD. Karena itu, kemampuan mereka juga sudah lebih memungkinkan untuk kekurangan masalah mengulang. Sedangkan pada sekolah swasta masalah mengulang kelas pada umumnya menentukan keputusan untuk kenaikan kelas. Pertimbangan tersebut acapkali tidak sepenuhnya merupakan pertimbangan akademik.
            Berdasarkan uraian di atas, jelaslah masalah pokok mengulang kelas lebih besar dihadapi oleh SD. Karena itu perhatian lebih mendalam harus diletakkan pada jenjang ini. Mengulang kelas pada tingkat SD menjadi persoalan pada kelas yang lebih rendah, yaitu kelas 1, 2, 3. Bila telah melewati kelas 3, ada kecenderungan gejala tinggal kelas sudah mulai berkurang. Masalah ini mungkin lebih dapat dijelaskan dari segi sosial ekonomi ketimbang dari segi gejala pengujian.